Minggu, 04 Maret 2012

SI PEMBUAL


Dulunya, sekitar 5 tahun yang lalu ketika kami duduk di bangku kelas enam sekolah dasar dia mengaku bahwa ibunya adalah seorang pengusaha yang punya banyak pabrik dan sangat sukses, nyatanya? Tidak sama sekali!! Ibunya hanya seorang penjaga toko milik keluarganya. Dia ku-cap pembohong, 3 tahun kemudian saat kami duduk di bangku SMP tepatnya seminggu sebelum UNAS dia juga bilang dia akan bersekolah di Singapore, katanya,
“Del, nanti setelah lulus SMP, aku mau nerusin sekolah di luar negri, di Singapore!!” katanya sumringah,
“oh ya? Masa Kal?” aku pura-pura bertanya meski aku tau dia berbohong
“iya lho, kalo gak percaya lihat saja nanti, kamu jangan kangen aku ya selama aku nggak ada di Indonesia…”, dan aku hanya mengangguk-angguk…dalam hati aku berkata ‘baguslah kalau kamu akan segera pergi dari sini, tapi apa benar? Halah, jangan-jangan hanya membual’
 dan nyatanya saat ini dia masih bersamaku di Negara yang sama, di SMA yang sama. Dan sekarang, ketika kami telah menginjak kelas tiga SMA apakah aku harus percaya pada omongannya yang segombal-gombal langit itu?! Katanya sih dia mencintaiku, menyayangiku… halah, sampai mati aku tak akan percaya padanya… tukang bohong!
Yapz, dia berani sekali mengatakan cinta! Bahkan ketika akupun telah mengenakan jilbab seperti ini, jilbab yang aku harap akan melindungiku dari godaan-godaan para cowok ternyata tak mempan sama sekali, tunggu, apakah aku yang salah?lalu apa? Aku sudah mengenakan jilbab yang tidak gaul-gaulan, yang menutupi dada sesuai saran kak Memey sepupuku, hahh!. Lima hari sudah aku dikejar-kejar tidak jelas oleh Haikal, lama-lama aku risih juga. Bayangkan saja aku harus mengendap-endap kalau ingin ke kantin, apaan sih? Haikal sepertinya benar-benar gila kepadaku, dia bilang “aku gak akan melepas kamu Del..”, hwaaahh, apa maksudnya?menakutkan sekali… Aku tidak mengerti kenapa dia mengatakan seperti itu.benar-benar cukup, sebenarnya aku muak dengan kata-katanya, meskipun dulu aku memang pernah punya rasa yang aneh terhadapnya, duluuu sekali, saat kami kelas satu SMA. Saat itu Haikal jadi agak pendiam semenjak kebohongannya sewaktu SMP, entahlah… mungkin dia malu mengakui bahwa dia masih berada di tanah air tercinta. Hahah, aku ingin tertawa saja waktu itu, meskipun aku tak berani bertanya seperti..
“kok gak jadi ke Singapore, kenapa?”
Jawabannya mungkin seperti ini
“oh, ibuku masih gak rela ngelepasin aku merantau”
Heran, jawabannya selalu terdengar sombong. Dan aku tak habis pikir kenapa dia selalu berbohong. Apa itu semacam penyakit? Tapi anehnya aku tak pernah merasa dibohongi saat dia berbohong, dia sok keren, sok cool… padahal aku tau kalau dia BERBOHONG. Mungkin rasa itu sudah hilang dari waktu ke waktu karena aku tau ini tidak ada gunanya, hingga saat ini aku tak pernah merasakannya lagi,
#          #          #
“Del, tunggu!” suara serak itu sudah kuhafal, siapa lagi kalau bukan Haikal.
Jena, perempuan berjilbab yang berjalan di sampingku melirik ke arah belakang, mungkin dia juga ikut merasa muak, karena hampir setiap hari Haikal mencegatku seperti itu. Raut muka Jena menjadi kusut seperti baju belum disetrika. Aku menoleh, dan “stop!” aku menghentikan langkahnya, “stop disitu, jangan maju lagi!” tanganku mengisyaratkan agar badannya tak terlalu dekat dengan kami. Dia menurut. Bahkan mundur.
“apa?!” itu memang sebuah pertanyaan, tapi tak taulah, mungkin nadanya terlalu tinggi hingga dia si Haikal tersentak kaget. Jena menyenggolku dan berbisik
“jangan keras-keraass…”
Aku meliriknya sebentar, suaraku memang sangat keras!
“e…e..ehm” dan Haikal sepertinya langsung grogi setengah mampus, aku sok tidak peduli saja, ini kesempatan terakhirku untuk mengusirnya dari hadapanku atau… dari hidupku mungkin.
“kam-“ belum sempat kuteruskan dia menyanggah
“jangan mengusirku!!”


to be continue....~_^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar